Tiga Sifat yang Saya Amati di Wirausaha

Dari pengalaman saya mentoring bertahun-tahun, ini tiga sifat yang saya amati di entrepreneur.

Tiga Sifat yang Saya Amati di Wirausaha

Pertanyaan yang sering saya dapatkan saat membimbing para founder adalah, "Apa saja sifat kepribadian utama yang sering saya lihat pada wirausaha sukses?"

Menjawab ini sulit, karena pengusaha/entrepreneur itu sangat beragam. Founder startup AI berusia 20-an tidak akan memiliki sifat yang sama dengan chef berusia 50-an yang baru membuka restoran fine dining.

Jadi, saya mengambil waktu sejenak untuk merenung, meninjau pola-pola yang sering saya lihat di antara para pengusaha yang saya kenal—mulai dari startup teknologi, kafe, brand fashion, hingga klinik dan lainnya. Inilah yang saya temukan, dalam urutan dari yang paling penting hingga yang paling dasar.

  1. Berani Ambil Risiko

Apakah kamu, seperti saya, tipe yang suka tantangan dan adrenalin—entah itu mountain biking, surfing, atau bahkan skydiving? Semua orang punya spektrum toleransi risiko masing-masing, dan meskipun menjadi pengusaha membutuhkan keberanian mengambil risiko, kenyataannya memang banyak pengusaha yang tidak asing dengan ini. Penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang suka mengambil risiko lebih mungkin jadi pengusaha.

Mengambil risiko sudah jadi bagian dari kewirausahaan. Salah satu langkah awal yang paling menakutkan adalah meninggalkan keamanan gaji tetap. Pertanyaan yang sering saya dengar adalah, “Kapan waktu yang tepat untuk ambil risiko karier?” Saya sering sekali ditanya sampai akhirnya saya tulis artikel khusus tentang ini.

Risiko akan makin besar kalau kita terjun ke industri yang masih awal, saat modal dan talenta belum siap masuk ke sektor tersebut. Ketika kami memulai venture fintech pada 2009, modal ventura nyaris tidak ada di Indonesia dan istilah “startup” pun jarang dibahas. Saat itu, saya bahkan kesulitan menjelaskan kepada orang tua apa yang saya kerjakan. Banyak founder yang saya kenal berbagi cerita serupa—tantangan dari orang-orang terdekat yang seringkali membuat kita harus berani mengambil loncatan kepercayaan.

Hal ini juga berlaku di bisnis offline. Contohnya, Common Grounds atau Anomali Coffee, keduanya diluncurkan lebih dari satu dekade lalu saat konsep kopi premium di Indonesia masih identik dengan Starbucks. Dulu, kopi lokal lebih sering berarti kopi sachet atau kopi starling (dijual di sepeda keliling).

Apakah ini berarti harus punya kepribadian ‘gila tantangan’ untuk jadi pengusaha? Tidak juga. Saya sendiri pernah bertemu founder sukses yang ada di tengah spektrum risiko. Ada yang memulai usaha karena di-PHK dan butuh pendapatan baru. Ada juga yang awalnya hanya side project dan baru jadi usaha utama ketika keuangan mulai stabil.

Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa pengusaha yang hanya bertujuan mencari nafkah ternyata punya peluang besar untuk lebih menghindari risiko dibanding yang memang senang tantangan. Benang merahnya adalah bisnis ini tidak harus tumbuh besar atau butuh efek jaringan untuk tetap hidup. Brand-brand ini bisa tumbuh perlahan cabang demi cabang, pelanggan demi pelanggan, namun tetap menghasilkan untung yang sehat.

Seperti sifat lainnya, keberanian ambil risiko ada pada spektrum. Jadi, penting untuk menyesuaikan model bisnis kita dengan posisi kita di spektrum itu. Si penggila tantangan mungkin siap menahan risiko besar, yang di tengah mungkin lebih suka pertumbuhan stabil, tapi jika kamu sangat menghindari risiko, mungkin perlu berpikir ulang sebelum terjun ke dunia entrepreneurship.

  1. Terbuka terhadap Pengalaman Baru (Openness)

Apakah kamu tipe orang yang penasaran, suka eksplorasi ide baru, dan terbuka mencoba hal berbeda? Jika iya, berarti kamu tinggi pada sifat Openness, sebuah karakteristik umum pada pengusaha. Mereka yang terbuka ini imajinatif, kreatif, dan tidak takut keluar dari pola.

Openness to Experience, salah satu dari lima kepribadian utama, mencerminkan rasa ingin tahu dan keinginan untuk hal baru. Orang yang tinggi pada sifat ini lebih mungkin menerima ide baru, berpikir kreatif, dan melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda. Bagi pengusaha, sifat ini penting karena mendukung inovasi dan adaptasi di lingkungan yang cepat berubah. Entah itu mencoba model bisnis baru atau menyesuaikan diri dengan tren pasar, keterbukaan membuat founder tetap unggul.

Penelitian menunjukkan bahwa pengusaha memiliki skor Openness yang jauh lebih tinggi dibandingkan manajer. Rasa ingin tahu ini sangat penting di setiap tahap bisnis, terutama di awal, ketika kita perlu memahami kebutuhan dan perspektif pelanggan untuk menemukan solusi yang tepat.

Saya pernah bicara dengan seorang pemilik brand fashion online yang sudah hampir satu dekade di industri ini. Dia bilang ketika dia mulai, ada banyak brand lain yang juga populer. Tapi, seiring waktu, hanya yang mau berkembang yang masih bertahan.

Salah satu alasannya adalah tren dan selera yang terus berubah, dan founder yang awalnya paham tren bisa jadi ketinggalan zaman jika tidak terus belajar. Brand baru yang dikelola anak muda bisa menciptakan label-label keren berikutnya.

Namun, yang berubah bukan hanya selera. Media sosial pun ikut berubah. Dulu Instagram yang hits, sekarang TikTok yang jadi andalan. Marketplace e-commerce juga mulai menaikkan komisi, jadi mereka harus menurunkan harga produksi atau menaikkan harga. Ini artinya, produk harus berubah atau bebannya akan ditanggung konsumen. Di masa awal, produk murah dari China belum terlalu banyak. Sekarang pasar dipenuhi produk-produk tersebut. Pengusaha yang gagal berkembang dan bertahan dengan kejayaan masa lalu akan sulit untuk tetap kompetitif.

  1. Ketangguhan (Grit)

Saya ragu untuk memasukkan ini karena sepertinya sangat mendasar, tapi faktanya, ketangguhan itu non-negotiable dalam kewirausahaan.

Pengalaman saya membimbing para pengusaha seringkali seperti ini: seorang pengusaha menjelaskan bisnis mereka kepada saya. Dalam diskusi itu, saya akan bertanya tidak hanya soal visi mereka, tetapi juga rencana penjualan, masalah HR, atau angka-angka keuangan seperti piutang dan hutang. Saya orang yang cukup langsung, jadi di akhir diskusi biasanya sudah ada dua atau tiga langkah konkret yang bisa mereka tindak lanjuti.

Namun, dari sekian banyak percakapan, hanya satu dari sepuluh orang yang mengirimkan rangkuman atau rencana tindak lanjut. Dan dari yang melakukannya, sedikit sekali yang benar-benar menindaklanjuti. Mereka yang menunjukkan kemajuan nyata adalah mereka yang bekerja keras, melakukan pekerjaan itu, dan kembali dengan pembaruan nyata, tantangan baru, dan lebih banyak pertanyaan.

Ketangguhan paling dibutuhkan saat kondisi sedang sulit. Saya pernah melihat dua pengusaha di F&B dengan penurunan penjualan yang menghadapi keadaan dengan cara berbeda. Yang satu menyalahkan faktor eksternal seperti cuaca dan kompetisi, sambil menunggu dan melihat situasi. Yang satunya lagi, meskipun kondisinya lebih parah, malah mengambil tanggung jawab. Dia merombak sistem inventarisnya, meningkatkan kesegaran bahan, menyaring anggota tim yang kurang gigih, dan menghadiri banyak acara untuk menemukan segmen pelanggan baru. Dua tahun kemudian, dia berhasil membalikkan bisnisnya.

Ketangguhan memang tidak bisa ditawar karena setiap pengusaha akan menghadapi masa-masa sulit, dan beberapa masalah butuh waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan.

Pentingnya tim yang beragam

Ada beberapa sifat lain yang muncul dalam diskusi dan penelitian saya untuk artikel ini, namun akhirnya saya tidak memasukkannya ke dalam tiga besar.

Misalnya, saya tidak percaya bahwa ekstroversi itu penting bagi pengusaha, meski media sering menggambarkan founder yang karismatik dan fasih berbicara. Saya pernah bertemu dengan pengusaha introvert yang bilang bahwa mereka kelelahan setelah sehari berjualan. Saran saya? Temukan orang yang bisa melakukan penjualan untuk Anda.

Membangun tim yang seimbang sangatlah penting. Baru-baru ini, saat berbicara di depan panel pengacara, teman saya mengatakan tentang saya, “Aldi adalah pengambil risiko terbesar. Tipe yang gas pol selalu. Tapi saya lihat di setiap perusahaan, dia mengelilingi dirinya dengan orang-orang yang jadi rem. Banyak orang.”

Memahami kelemahan kita dan membangun tim untuk melengkapi kekuatan kita adalah salah satu langkah terpenting dalam membangun bisnis yang sukses.


Terjemahan ini mempertahankan gaya kasual dan langsung khas Anda.